Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Memanfaatkan Bulan Ramadhan Sebaik-Baiknya
Selasa, 12 April 2022

Khutbah Jumat: Memanfaatkan Bulan Ramadhan Sebaik-Baiknya ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 06 Ramadhan 1443 H / 08 April 2022 M.

Khutbah Pertama Tentang Memanfaatkan Bulan Ramadhan Sebaik-Baiknya

Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat karunia yang Allah berikan kepada kita semua.

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا…

Tidak akan mungkin kita menyebut satu persatu nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Kewajiban kita hanyalah mensyukuri nikmat-nikmat tersebut.

Kita bersyukur pada Allah yang masih memberikan kesempatan kepada kita semua untuk bisa bertemu lagi dengan Ramadhan. Mudah-mudahan kita dapat menyempurnakan Ramadhan ini, baik itu puasanya maupun qiyamnya dengan baik dan sempurna.

Kita bersyukur pada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang masih menjaga kita semua diatas agamaNya dan diatas sunnah NabiNya.

Shalawat beriring salam tidak lupa juga kita limpahkan untuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, keluarga beliau, sahabat beliau dan umat beliau sampai hari kemudian.

Jamaah yang dimuliakan Allah..

Ramadhan adalah bulan yang istimewa. Allah memilih Ramadhan sebagai bulan kita menjalankan rukun Islam yang keempat, yaitu ibadah puasa. Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya dan Allah memilih. Tidak sama Ramadhan dengan bulan-bulan yang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan banyak keutamaan bagi bulan Ramadhan. Di antaranya adalah Allah pilih Ramadhan dari bulan-bulan lainnya sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ…

“Bulan Ramadhan yang pada bulan ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an.” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)

Tepatnya pada malam Lailatul qadar.

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul qadar.” (QS. Al-Qadr[97]: 1)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an secara utuh ke langit dunia di malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Kemudian menurunkan ayat pertama kepada NabiNya pada bulan Ramadhan, tepatnya di malam Lailatul qadar. Kemudian Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur menurut peristiwa.

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengistimewakan Ramadhan ini sebagai bulan Al-Qur’an. Maka disebut juga Syahrul Qur’an. Salah satu ibadah yang kita perbanyak di bulan Ramadhan adalah berinteraksi dengan Al-Qur’an. Baik membacanya, menghafalnya, maupun mentadabburinya.

Setan-setan dibelenggu

Kemudian di Ramadhan ini pula Allah Subhanahu wa Ta’ala mengikat dan membelenggu setan-setan, yaitu iblis dan balatentaranya dari kalangan jin. Allah Belenggu dan ikat selama Ramadhan. Dan itu berlaku pada malam pertama sampai saat terakhir bulan Ramadhan.

Kita harus meyakini hadits ini seperti yang disampaikan Nabi. Bahwa setan, iblis dan balatentaranya itu benar-benar dibelenggu, benar-benar diikat. Artinya kuasa/kekuatan mereka untuk menggoda anak Adam melemah. Artinya lagi bahwa ada kesempatan bagi kita untuk dapat dengan mudah mengalahkannya.

Maka kita rasakan kelemahan setan itu dari meningkatnya keinginan kita untuk berbuat kebaikan dan melemahnya kehendak kita untuk berbuat dosa. Mudah-mudahan tren positif ini terus berlanjut di luar Ramadhan.

Akan tetapi apabila seorang hamba tidak dapat mengalahkan musuhnya, bahkan dia selalu kalah dan terus-menerus kalah sampai di bulan Ramadhan juga, maka jangan harap hamba ini bisa mengalahkan musuhnya itu diluar Ramadhan.

Maka Ramadhan ini adalah ukurannya. Orang yang tidak bisa baik di bulan Ramadhan, maka jangan harap dia bisa baik di luar Ramadhan. Orang yang tidak berhenti berbuat maksiat dan dosa di Ramadhan, maka jangan harap dia bisa menghentikannya di luar ramadhan.

Jangan sia-siakan kesempatan

Kita berbuat baik di bulan Ramadhan itu biasa, seharusnya lebih dari biasa. Yaitu kita meningkatkan ibadah di bulan Ramadhan lebih daripada biasanya. Itulah keadaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi di bulan Ramadhan dalam berbuat kebaikan lebih cepat daripada hembusan angin.

Demikian juga di Ramadhan ini, Allah memerintahkan malaikat untuk berseru:

يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ

“Wahai orang-orang yang mengejar kebaikan, bangkitlah (yaitu jangan sia-siakan kesempatan). Dan wahai orang-orang yang ingin berbuat kejahatan, tahanlah.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Ini yang diserukan oleh malaikat di Ramadhan. Maka keinginan kita untuk beramal shalih meningkat. Bersedekah, membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu, mengerjakan shalat, dan tentunya ibadah puasa yang wajib kita lakukan di bulan ini.

Maka sungguh terlalu hamba yang tidak meningkat ibadahnya di bulan Ramadhan. Dan sangat terlalu hamba yang tidak bisa menghentikan dirinya dari maksiat di bulan Ramadhan.

Pintu-pintu surga dibuka

Kemudian di bulan Ramadhan ini juga Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka pintu-pintu surga, tidak ada pintu surga yang tertutup. Dan Allah menutup pintu-pintu neraka dan tidak ada satu pintu neraka pun yang terbuka.

Maka sungguh celaka hamba yang pada bulan di mana pintu-pintu surga terbuka dia tidak mau masukinnya. Dan sungguh celaka seorang hamba yang pada bulan pintu-pintu neraka tertutup justru dibukanya. Dia membuka dirinya untuk berbuat dosa justru di bulan Ramadhan. Sungguh sangat merugi.

Allah membebaskan dari api neraka

Kemudian di bulan Ramadhan ini juga Allah Subhanahu wa Ta’ala membebaskan hamba-hambaNya yang dikehendakiNya dari api neraka. Mudah-mudahan kita termasuk hamba yang beruntung, hamba yang dibebaskan dari api neraka di bulan Ramadhan. Ini terjadi pada setiap hari dan malam bulan Ramadhan.

Tidak seperti yang disampaikan di dalam beberapa riwayat lemah. Yaitu yang membagi Ramadhan menjadi tiga, bahwa pembebasan dari api neraka hanya di 10 malam dan hari terakhir.

Berdasarkan riwayat yang shahih, pembebasan dari api neraka itu 30 hari, mulai hari pertama sampai hari terakhir, mulai malam pertama sampai malam terakhir.

Maka pergunakanlah peluang itu di bulan Ramadhan ini untuk menjadi hamba-hamba yang dibebaskan dibebaskan dari api neraka.

Ampunan dari Allah

Salah satu fokus yang harus kita tuju di bulan Ramadhan ini adalah pengampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Banyak-banyak minta ampun kepada Allah.

Salah satu berdoa yang diajarkan Nabi di malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari pada seribu bulan atau 83 tahun adalah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah Engkau Maha Pemaaf dan menyukai kemaafan, maka maafkanlah aku.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Ini doa yang diajarkan Nabi kepada istri beliau tercinta, yaitu ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Tidak banyak yang diminta di dalam doa ini, cuma satu. Yaitu minta maaf kepada Allah.

Kalau kita banyak minta maaf dan sungguh-sungguh minta maaf kepada makhluk, kenapa kita tidak minta maaf kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Hanya doa ini yang diajarkan Nabi untuk bayak dibaca di malam Lailatul Qadar.

Intinya adalah kita minta maaf/ampunan kepada Rabbul alamin. Membaca doa ini lebih baik daripada amal-amal yang lainnya (selain shalat) di malam Lailatul Qadar.

Kita harus sungguh-sungguh minta maaf kepada Allah. Karena tanpa maaf dari Allah, maka kita tidak akan masuk surga. Jika ada satu saja dosa yang belum Allah ampuni, maka pupus sudah harapan kita masuk surga.

Bapak kita (Adam) diusir dari surga karena satu kesalahan. Iblis yang sebelumnya di surga juga diusir karena satu kesalahan. Sementara kita banyak salahnya. Maka dari itu kita harus sungguh-sungguh minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu amal-amal utama di bulan Ramadhan (puasa, qiyam Ramadhan, Qiyam Lailatul Qadar) ganjarannya satu, yaitu

غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Kita sangat mengharapkan itu, terutama di bulan Ramadhan. Banyak-banyak minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena kita ini banyak dosa.

Dan apabila Allah telah mengampuni seorang hamba, maka muluslah perjalanannya ke surga. Tapi jika dia tidak dapat ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka akan susah langkahnya menuju surga.

Waktu utama

Di bulan Ramadhan ini adalah kesempatan. Karena minimal tiap malam kita mendapat waktu utama, yaitu waktu sepertiga malam (waktu sahur). Yang mana di luar Ramadhan belum tentu kita mendapatkan itu setiap malam.

Artinya di bulan Ramadhan ada satu kesempatan yang kita tidak dapatkan di bulan lain, yaitu kita mendapati waktu sahur sepertiga akhir malam. Maka gunakanlah waktu itu untuk minta ampun.  Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan di dalam Al-Qur’an:

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan pada waktu sahur mereka minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 18)

Ini adalah waktu yang paling tepat untuk minta ampun kepada Allah. Karena Allah turun ke langit dunia kemudian menantang hamba-hambaNya.

مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرُ لَهُ

“Siapa yang mau minta ampun kepadaKu, maka Aku ampuni dia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita perlu bersimpuh menghadap Allah untuk minta ampun sungguh-sungguh kepadaNya. Karena kita ini makhluk/manusia/hamba yang banyak dosa.

Khutbah Jumat Kedua – Memanfaatkan Ramadhan Sebaik-Baiknya

Kita tentunya sudah sering mendapati tafsir surah Al-‘Ashr.

وَالْعَصْرِ ‎﴿١﴾‏ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ‎﴿٢﴾

“Demi masa (atau demi waktu ashar). Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian.”

Membuang waktu itu rugi, tapi membuang waktu yang utama adalah kerugian yang lebih besar lagi. Dan membuang waktu utama dari yang utama adalah kerugian yang nyata.

Waktu di Ramadhan adalah waktu yang utama, berbeda dengan waktu yang lain. Karena Allah menciptakan makhlukNya bertingkat-tingkat. Sampai Al-Qur’an saja antara satu ayat dengan ayat yang lainnya itu berbeda-beda tingkatannya. Ayat yang paling utama adalah ayat kursi.

Demikian juga waktu, berbeda-beda antara satu waktu dengan waktu yang lain. Kalau kita suka buang-buang waktu di bulan yang lain itu rugi. Tapi buang buang-buang waktu di bulan Ramadhan itu kerugian yang lebih besar lagi.

Dan di bulan Ramadhan sendiri tidak satu keutamaan. Ada waktu yang lebih utama, yaitu 10 malam dan hari terakhirnya. Artinya itu tidak boleh dilewatkan kesempatan itu.

Membangunkan keluarga

Perhatikan nanti di sepuluh malam terakhir. Apabila sudah tiba sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengencangkan ikat sarung beliau. Artinya yaitu menjauhi wanita. Tidak ada lagi obrolan tentang wanita.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membangunkan anak dan istri beliau. Artinya beliau tidak asyik sendiri.

Ada orang yang beribadah, pergi ke masjid, baca Qur’an, shalat, i’tikaf, tapi dia asyik sendiri. Dia biarkan anak istrinya terlelap di rumah. Nabi tidak demikian. Beliau tidak ingin mendapatkan kebaikan inti dari Ramadhan ini sendirian. Nabi ingin juga mereka mendapatkan keutamaan itu sebagaimana beliau mendapatkannya.

Menghidupkan malam

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghidupkan malamnya dengan beribadah. Dan pengertian ibadah sangat luas. Semua perkara yang dicintai dan disukai Allah, perkataan maupun perbuatan, itu semua ibadah. Menyambung silaturrahim juga ibadah, sedekah juga ibadah. Lalu apa maksudnya Nabi menghidupkan malamnya dengan ibadah?

Ada dua ibadah yang Nabi lakukan dimana Nabi fokus dengan dua ibadah ini, yaitu shalat dan doa. Di sepuluh malam terakhir Nabi keluar. Nabi membiarkan sahabat-sahabat mengikuti beliau shalat. Bahkan di malam 27 belum mengikutsertakan keluarga dan sahabat-sahabat untuk mengikuti shalat bersama beliau.

Di malam ke-23 Nabi mengerjakannya hampir sepertiga malam. Di malam ke-25 Nabi mengerjakannya hampir separuh malam. Di malam ke-27 Nabi mengerjakannya hampir sepenuh malam. Ini adalah dalam rangka mengejar Lailatul Qadar. Maka disini apabila masuk 10 malam terakhir, fokuslah dengan Ramadhan.

Rugi rasanya kita dapat Ramadhan (kita tidak tahu berapa kesempatan lagi kita diberikan), tapi kita tidak mendapatkan Lailatul Qadar itu.

Apalagi masuk sepuluh malam hari dan malam terakhir, banyak kaum muslimin sudah tidak fokus lagi dengan Ramadhannya. Mereka disibukkan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan Ramadhan lagi. Semuanya berkaitan dengan Idul Fitri, termasuk tradisi mudik.

Kenapa kita harus berjibaku mati-matian untuk mengejar sesuatu yang tidak ada kaitannya di Ramadhan? Kita harus terluput dengan sesuatu yang paling utama hanya untuk sesuatu yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan keutamaan.

Download mp3 Khutbah Jumat Tentang Memanfaatkan Ramadhan Sebaik-Baiknya

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Memanfaatkan Bulan Ramadhan Sebaik-Baiknya” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51629-khutbah-jumat-memanfaatkan-bulan-ramadhan-sebaik-baiknya/